Select language

Wednesday, September 9, 2015

Tak Perlu Buru-Buru Puaskanlah Dulu Hatimu Patah



Terkadang kita sering di tanyakan "kapan" buat kita kata seperti itu menjadi pengganti kata 'apa kabar". Teman kita sudah mulai menikah satu persatu, bahkan juga ada beberapa dari mereka yang sudah mempunya anak yang lucu-lucu.

Tapi ada beberapa dari kita yang antitesis dari semua kenormalan yang ada, ketika kawan-kawan yang lain sudah menemukan pasangan hidup yang sudah pastinya, kita masih santai-santai saja ngejalaninnya. Biasanya orang yang seperti ini dia itu berpikir kalau pernikahan itu bukan event yang pelaksanaannya harus buru-buru.

"jangan salah mengira, pernikahan yang buru-buru malah akan membuat kita akan harus merasakan patah hati berkali-kali pada orang yang sama".

Dia yang terlihat cantik dan gagah sekarang belum tentu dia akan tetap menawan saat sudah resmi menjadi pasangan. Bisa jadi dia mempunyai kebiasaan mendengkur atau menunda yang bisa bikin kita sebal, dan bisa jadi juga dia membuat istirahat malam kita menjadi tidak nyaman.

Bukan berarti baru kita berada di bawah jaminan institusi resmi, bukan berarti dia tidak akan bisa menyakiti hati mu lagi. Justru sekarang aksesnya akan menjadi sungguh terbuaka untuk membuat kamu merasa sakit hati.Pada saat kalian bertukar argumen dengan nada yang tinggi, setelah itu kalian pasti akan memilih untuk tidur memunggunginya sambil memeluk diri sendiri.

Tidak ada salahnya untuk menjalani suatu hubungan tanpa ujung sepenuh hati, paling tidak lewat sini kita akan di gembleng agar tidak menjadi manja pada saat membuka diri. Dalam kali ini kita akan dibentuk menjadi manusia yang tulus memberikan cinta, dan rela untuk patah hati lagi mungkin pada orang yang sama, namun kemudian kamu akan kembali lagi belajar untuk jatuh cinta lagi.

Geli ya rasanya kalau kita mendengar pernikahan itu menjadi seperti makanan instan, langsung nikah saja, kemudian perkara akan habis begitu kita menikah. Pada disisi lain mereka lupa bahwa pernikahan yang tak melibatkan 2 orang yang sudah cukup tegar hatinya akan menimbulkan baru setelahnya.

Didalam suatu pernikahan kamu harus bisa belajar soal berdamai dengan rasa sakit yang mungkin akan menghampiri mu, tentang berbagi keluh kesa pada padanya. Bukan tidak ada yang salah dalam memberikan sebaik-baik yang dipunya. Bahkan pada hubungan yang tak jelas kemana ujungnya, kita tak harus menjadi orang yang berengsek di dalamnya, sebab ini akan malah menjadi reherseal demi menghadapi gempuran rasa yang yang lebih intens yang datang selepas ikrar "saya terima nikahnya".

"Kenapa kita harus memencet tombol fast forward untuk momen kecut patah hatimu? jalani saja dulu, toh jodoh kan komitmen, dan  pernikahan kan bisa menunggu".

Memang tidak enak rasanya menjalani hari yang hati rasanya seperti berlubang, hidup seperti menjadi zombie yang tak mempunyai kemampuan menggerakkan badan secara seimbang. Namun bukanlah seperti momen-momen hidup lainnya, patah hati tak seharusnya di fast forward hanya karena terasa tak nyaman.Jika kita langsung membenturkan diri kepada orang yang dianggap tepat untuk mendampingi kita sampai tua bisa lebamnya belum sebuh sempurna.

Kita ini bukan seperti ayam petelur yang takut dan selalu kawatir dengan umurnya, kita juga bukan anak SMP yang kena kritik guru BP sedikit langsung ingin melangkah mundur. Kamu, saya - kita adalah orang-orang yang dewasa yang sudah semestinya tak takut lagi untuk sekedar terbentur.

Dalam kasus ini tuntaskanlah dulu episode-episode dari patah hatimu. Jodoh, komitmen, dan pernikahan selalu bisa menunggu. Kompesisi yang menghangatkan hatimu itu akan menghampiri kamu tuntas dengan episode yang kini membuat pilu.
Facebook Google+ Twitter
220 Shares

0 komentar:

Post a Comment