Egois adalah keinginan yang mementingkan dirinya sendiri,
pada umumnya sifat yang satu ini dapat di golongkan sebagai sifat buruk
manusia. Sifat ini juga sama seperti iri hati, dendam, amarah, atau juga benci
yang ada di dalam diri kita. Tidak salah juga kalau ada filsafat kuno yang
menyebutkan,
“Musuh terbesarmu adalah dirimu sendiri, demi jadi manusia
yang lebih baik lagi, kamu harus bisa mengendalikan diri.”
Ungkapan diatas memang tidak ada salahnya, namun apakah
selamanya sifat egois itu harus dendam?
Seakan akan menjadi egois itu haram untuk di lakukan. Maka inilah
situasi-situasi yang dimana kamu tak perlu memikirkan orang lain, dan justru
kamu menjadi egois.
Hubungan tidak
mungkin akan berjalan sesuai dengan harapan.
“Buat apa kamu terus bertahan jika kalau bersamanya kamu
tidak temukan masa depan.”
Hubungan suatu percintaan memang tak akan selamanya berjalan
dengan sesuai harapan. Pasangan yang sudah di gadang-gadang dapat diajak hidup
bersama, ternyata mempunyai sifat-sifat yang berlawanan dengan kita. Ini akan
mengakibatkan adanya masalah dan konflik tak henti-hentinya mendera.
Pada saat kondisi yang sudah tidak dapat di selamtkan lagi,
kenapa harus berberat hati untuk pergi? Memilih putus justru dapat menjadi
solusi yang terbaik. Tidak apa meskipun meskipun pasangan merasa tidak terima
lalu menganggap kita egois, bagaimanapun bertahan dalam hubungan yang tidak
mempunyai masa depan juga berarti meyakitkan diri sendiri.
Tidak perlu sungkan
pada rekan kerja dan atasan kamu.
“Pada saat bekerja tak lagi membawa kebaikan, lebih baik
tinggalkan saja,”
Ada rasa yang tak nyaman lantaran memutuskan hubungan kerja
secara sepihak bisa menjadi membuat kamu di cap tidak professional, ada pula rasa sungkan pada atasan atau
rekan-rekan kerja seperti ditinggalkan begitu saja.
Namun bukankah semua keputusan itu berada di tangan kamu
sendiri, ketka pekerjaan yang kamu jalani sehari-harinya ini tidak lagi membawa
kebaikan, buat apa kamu terus bertahan. Toh, dirimu sendirilah yang akan
menanggung konsekuensinya dari keputusan yang sudah kamu ambil.
Jangan terlalu sibuk
untuk menyenangkan orang yang kamu sayangi.
Sadar atau tidaknya bisa jadi kamu termasuk seseorang
“pleaser”. Kamu terbiasa berkata “ya” demi untuk membuat orang lain puas dan
merasa bahagia, sekalipun jika hal itu merugikan dirimu sendiri. Meski pada
dasarnya kamu memang punya niat yang
baik, kebaikan yang berlebih itu ternyata tidak sehat untuk dirimu sendiri. Dan
yang pasti, kebahagian dan kepuasan orang lain bukanlah sepenuhnya tanggung
jawab kamu. Justru yang harus kamu perjuangkan itu adalah kebahagian kamu sendiri.
Kamu pasti mempunyai
prinsif dalam menjalankan kehidupan.
“Terkadang itulah yang harus kamu perjuangkan mati-matian.”
Di dalam menjalankan kehidupannya, setiap orang tentu punya
prinsip yang berbeda-beda. Namun hidup berdampingan dengan banyak orang memaksa
kita harus pintar-pintar menyesuaikan diri dengan orang lain. Tidak jarang juga
kita harus mengalahkan prinsip yang dimiliki demi bisa berkompromi dengan
mereka.
Padahal, bukankah mengalahkan prinsip diri berarti
menghianati diri sendiri? Jika prinsip itu seharusnya menjadi pegangan hidup
kamu sendiri, bukankah hal itu seharusnya kamu pertahankan mati-matian. Jadi
ketika orang lain memaksamu meninggalkan prinsip-prinsip hidupmu, tidak ada
salahnya memilih untuk egois dan memperjuangkan pendirianmu.
Tidak perlu untuk
takut menyakiti.
“Terkadang
menolak ajakan teman lebih baik dari pada memaksa diri.”
Menolak ajakan teman atau sahabat dekat memang terkadang
sangat tidak mudah. Akan mucul rasa seprti takut dianggap tidak setia kawan
atau bahkan tak punya perasaan tentu akan membuat kita merasa tak nyaman.
Padahal ketika kita menolak ajakan teman pastilah kamu
mempunyai alasan yang kuat yang medasarinya. Entah karena kamu sedang lelah
atau mood kamu tidak satabil misalnya. Bagaimanapun kamulah sendiri yang lebih
tau kondisi dari dirimu sendiri. Tidak hanya memikirkan perasaan-perasaan orang
lain saja, dirimu sendiri tidak boleh diabaikan juga.
Setiap orang
mempunyai privasi.
“Menjadi orang egois bisa berarti kamu menyayangi apa yang
kamu miliki.”
Hidup berdampingan dengan sahabat atau keluarga
memungkinkanku untuk berbagi banyak hal dengan mereka. Salah satunya soal
barang-barang yang kamu miliki, seperti mulai dari baju, buku-buku bacaan,
hingga sampai gadget. Sah-sah saja jika kamu memang tidak keberatan untuk
berbagi, tapi juga menurtmu barang-barang pribadi tidak seharusnya di pinjamkan
pada orang lain, tidak ada salahnya menegur mereka yang melanggar privasimu.
Jangan menaruh beban
di pundakmu.
“Lebih baik
mengatakan terus terang jika kamu memang tidak mampu.”
Setelah kamu lulus kuliah dan bekerja, tentu kita pasti akan
mempunyai keinginan untuk bisa membantu keluarga. Punya pengasilan sendiri,
memantapkan niat kita untuk setidaknya membantu mencukupi kebutuhan keluarga.
Entah sekedar membayar biaya listrik atau internet rumah, atau sampai mencukupi
kebutuhan dapur bulanan.
Sayangnya semakin dewasa, kebutuhan kita pun akan terus
bertambah. Alih-alih dapat membantu kebutuhan dari keluarga atau member uang
jajan pada adik-adik kamu, ada kalanya keuangan kamu akan menjadi deficit. Dan
tekanan ini kamu tidak seharusnya merasa bersalah, jangan menaruh beban di
pundakmu sendiri dan tak perlu meratapi ketidak mampuanmu sendiri.
Disaat kamu
membutuhkan bantuan jangan segan-segan untuk terus terang.
“Kamu tunjukan bahwa kalau kamu mengahargai mereka untuk
yang kamu sayang. “
Ada kalanya kamu memang harus focus pada diri kamu sendiri,
menempatkan kebutuhan-kebutuhanmu di posisi pertama dan baru memikirkan tentang
lainya. Dan ketika kamu sedang sangat membutuhkan bantuan orang lain, tidak
perlu enggan untuk meminta bantuan. Membutuhkan bantuan orang lain bukan
berarti dirimu lemah, justru ini lah untuk menghargai orang-orang yang hadir di
sekitarmu.
Kamu tidak peru merasa bersalah untuk sekali bersikap egois.
Kan tidak selamanya mejadi egois itu
buruk bagimu, ada kalanya justru hal itulah yang terbaik yang harus kamu
lakukan demi menghargai dirimu sendiri.
0 komentar:
Post a Comment