Select language

Saturday, September 26, 2015

8 Sifat Egois yang Tidak Haram Untuk Kamu Miliki, Karena Ada Saatnya Kamu Hanya Perlu Memikirkan Diri Sendiri

Egois adalah keinginan yang mementingkan dirinya sendiri, pada umumnya sifat yang satu ini dapat di golongkan sebagai sifat buruk manusia. Sifat ini juga sama seperti iri hati, dendam, amarah, atau juga benci yang ada di dalam diri kita. Tidak salah juga kalau ada filsafat kuno yang menyebutkan,
“Musuh terbesarmu adalah dirimu sendiri, demi jadi manusia yang lebih baik lagi, kamu harus bisa mengendalikan diri.”

Ungkapan diatas memang tidak ada salahnya, namun apakah selamanya  sifat egois itu harus dendam? Seakan akan menjadi egois itu haram untuk di lakukan. Maka inilah situasi-situasi yang dimana kamu tak perlu memikirkan orang lain, dan justru kamu menjadi egois.

Hubungan tidak mungkin akan berjalan sesuai dengan harapan.
“Buat apa kamu terus bertahan jika kalau bersamanya kamu tidak temukan masa depan.”
Hubungan suatu percintaan memang tak akan selamanya berjalan dengan sesuai harapan. Pasangan yang sudah di gadang-gadang dapat diajak hidup bersama, ternyata mempunyai sifat-sifat yang berlawanan dengan kita. Ini akan mengakibatkan adanya masalah dan konflik tak henti-hentinya mendera.

Pada saat kondisi yang sudah tidak dapat di selamtkan lagi, kenapa harus berberat hati untuk pergi? Memilih putus justru dapat menjadi solusi yang terbaik. Tidak apa meskipun meskipun pasangan merasa tidak terima lalu menganggap kita egois, bagaimanapun bertahan dalam hubungan yang tidak mempunyai masa depan juga berarti meyakitkan diri sendiri.

Tidak perlu sungkan pada rekan kerja dan atasan kamu.
“Pada saat bekerja tak lagi membawa kebaikan, lebih baik tinggalkan saja,”
Ada rasa yang tak nyaman lantaran memutuskan hubungan kerja secara sepihak bisa menjadi membuat kamu di cap tidak professional,  ada pula rasa sungkan pada atasan atau rekan-rekan kerja seperti ditinggalkan begitu saja.

Namun bukankah semua keputusan itu berada di tangan kamu sendiri, ketka pekerjaan yang kamu jalani sehari-harinya ini tidak lagi membawa kebaikan, buat apa kamu terus bertahan. Toh, dirimu sendirilah yang akan menanggung konsekuensinya dari keputusan yang sudah kamu ambil.

Jangan terlalu sibuk untuk menyenangkan orang yang kamu sayangi.
Sadar atau tidaknya bisa jadi kamu termasuk seseorang “pleaser”. Kamu terbiasa berkata “ya” demi untuk membuat orang lain puas dan merasa bahagia, sekalipun jika hal itu merugikan dirimu sendiri. Meski pada dasarnya kamu memang  punya niat yang baik, kebaikan yang berlebih itu ternyata tidak sehat untuk dirimu sendiri. Dan yang pasti, kebahagian dan kepuasan orang lain bukanlah sepenuhnya tanggung jawab kamu. Justru yang harus kamu perjuangkan itu adalah kebahagian kamu sendiri.

Kamu pasti mempunyai prinsif dalam menjalankan kehidupan.
“Terkadang itulah yang harus kamu perjuangkan mati-matian.”
Di dalam menjalankan kehidupannya, setiap orang tentu punya prinsip yang berbeda-beda. Namun hidup berdampingan dengan banyak orang memaksa kita harus pintar-pintar menyesuaikan diri dengan orang lain. Tidak jarang juga kita harus mengalahkan prinsip yang dimiliki demi bisa berkompromi dengan mereka.

Padahal, bukankah mengalahkan prinsip diri berarti menghianati diri sendiri? Jika prinsip itu seharusnya menjadi pegangan hidup kamu sendiri, bukankah hal itu seharusnya kamu pertahankan mati-matian. Jadi ketika orang lain memaksamu meninggalkan prinsip-prinsip hidupmu, tidak ada salahnya memilih untuk egois dan memperjuangkan pendirianmu.

Tidak perlu untuk takut menyakiti.
Terkadang menolak ajakan teman lebih baik dari pada memaksa diri.”
Menolak ajakan teman atau sahabat dekat memang terkadang sangat tidak mudah. Akan mucul rasa seprti takut dianggap tidak setia kawan atau bahkan tak punya perasaan tentu akan membuat kita merasa tak nyaman.

Padahal ketika kita menolak ajakan teman pastilah kamu mempunyai alasan yang kuat yang medasarinya. Entah karena kamu sedang lelah atau mood kamu tidak satabil misalnya. Bagaimanapun kamulah sendiri yang lebih tau kondisi dari dirimu sendiri. Tidak hanya memikirkan perasaan-perasaan orang lain saja, dirimu sendiri tidak boleh diabaikan juga.

Setiap orang mempunyai privasi.
“Menjadi orang egois bisa berarti kamu menyayangi apa yang kamu miliki.”
Hidup berdampingan dengan sahabat atau keluarga memungkinkanku untuk berbagi banyak hal dengan mereka. Salah satunya soal barang-barang yang kamu miliki, seperti mulai dari baju, buku-buku bacaan, hingga sampai gadget. Sah-sah saja jika kamu memang tidak keberatan untuk berbagi, tapi juga menurtmu barang-barang pribadi tidak seharusnya di pinjamkan pada orang lain, tidak ada salahnya menegur mereka yang melanggar privasimu.

Jangan menaruh beban di pundakmu.
“Lebih baik mengatakan terus terang jika kamu memang tidak mampu.”
Setelah kamu lulus kuliah dan bekerja, tentu kita pasti akan mempunyai keinginan untuk bisa membantu keluarga. Punya pengasilan sendiri, memantapkan niat kita untuk setidaknya membantu mencukupi kebutuhan keluarga. Entah sekedar membayar biaya listrik atau internet rumah, atau sampai mencukupi kebutuhan dapur bulanan.

Sayangnya semakin dewasa, kebutuhan kita pun akan terus bertambah. Alih-alih dapat membantu kebutuhan dari keluarga atau member uang jajan pada adik-adik kamu, ada kalanya keuangan kamu akan menjadi deficit. Dan tekanan ini kamu tidak seharusnya merasa bersalah, jangan menaruh beban di pundakmu sendiri dan tak perlu meratapi ketidak mampuanmu sendiri.

Disaat kamu membutuhkan bantuan jangan segan-segan untuk terus terang.
“Kamu tunjukan bahwa kalau kamu mengahargai mereka untuk yang kamu sayang. “
Ada kalanya kamu memang harus focus pada diri kamu sendiri, menempatkan kebutuhan-kebutuhanmu di posisi pertama dan baru memikirkan tentang lainya. Dan ketika kamu sedang sangat membutuhkan bantuan orang lain, tidak perlu enggan untuk meminta bantuan. Membutuhkan bantuan orang lain bukan berarti dirimu lemah, justru ini lah untuk menghargai orang-orang yang hadir di sekitarmu.


Kamu tidak peru merasa bersalah untuk sekali bersikap egois. Kan tidak  selamanya mejadi egois itu buruk bagimu, ada kalanya justru hal itulah yang terbaik yang harus kamu lakukan demi menghargai dirimu sendiri.
Facebook Google+ Twitter
220 Shares

0 komentar:

Post a Comment